Karawang // SNN – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMAN 1 Rawamerta memasuki hari kedua dengan materi penguatan karakter bela negara dan wawasan kebangsaan yang diisi langsung oleh TNI dan Polri. Kegiatan ini menjadi bagian dari program MPLS tahun ajaran 2025/2026 yang diikuti oleh sebanyak 339 siswa baru, terbagi ke dalam 9 ruang kelas dengan jumlah 47–50 siswa per kelas.
Selasa, 15 Juli 2025
Kepala SMAN 1 Rawamerta, Bpk Dr. Epul Saepul, S.Pd.I., M.Pd, menyampaikan bahwa kegiatan MPLS tahun ini berfokus pada pembentukan karakter siswa sesuai dengan profil lulusan Pancawaluya, yang merupakan ciri khas pendidikan karakter di Provinsi Jawa Barat.
Bpk Aris Munandar, S.Pd, selaku guru pengajar saat diwawancarai oleh awak media menyebutkan bahwa materi MPLS mengacu pada program “Pancawaluya” berbasis bela negara dan wawasan kebangsaan, yang diterapkan secara khusus di wilayah Jawa Barat dalam bentuk kegiatan “Tujuh Poe Atikan”.
> “Tujuh Poe Atikan merupakan program pembiasaan yang bertujuan membentuk kedisiplinan dan karakter siswa sejak awal masuk sekolah. Mulai dari bangun pagi, beribadah, berdoa sebelum berangkat sekolah, olahraga, hingga konsumsi makanan bergizi. Semua kebiasaan ini ditanamkan agar siswa terbiasa hidup sehat, semangat belajar, serta mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekitarnya,” jelasnya.
Pak Aris menambahkan, kegiatan tersebut juga mendorong siswa untuk tidur lebih awal, sebagai langkah penting dalam mendukung kualitas istirahat dan kesiapan belajar keesokan harinya.
Program Pancawaluya sendiri dirumuskan dalam lima pilar karakter utama:
Cageur (sehat jasmani dan rohani)
Bageur (berperilaku baik dan santun)
Bener (jujur dan lurus dalam tindakan)
Pinteur (cerdas dan berpikir kritis)
Singer (tangguh, mandiri, dan bertanggung jawab)
Melalui implementasi MPLS Pancawaluya ini, pihak sekolah dan pemerintah berharap dapat mengembalikan dan menguatkan kembali karakter siswa di tengah derasnya arus digitalisasi yang kerap melunturkan nilai moral dan kecintaan terhadap bangsa.
> “Teknologi digital memang membawa banyak hal positif, namun sisi negatifnya juga nyata. Karakter generasi muda mulai bergeser, bahkan akhlak dan rasa cinta tanah air pun kian memudar. Melalui MPLS Pancawaluya ini, kita ingin menanamkan kembali jati diri siswa sebagai penerus bangsa,” ujar Aris Munandar.
Pihak sekolah berharap, dengan kegiatan MPLS yang bermakna dan bernilai karakter ini, para siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mencintai bangsanya, serta siap menjadi generasi penerus yang berkarakter Pancawaluya.