sibernasionalnews.com–
Minahasa – Praktik haram mafia solar ilegal di Minahasa kian mengganas. Dua nama yang mencuat, FR alias Frendly dan RR alias Rico, diduga menjadi dalang utama penimbunan serta distribusi solar ilegal di Tondano. Yang lebih memalukan, bisnis kotor ini seakan kebal hukum, berjalan mulus tanpa gangguan, seolah-olah negara kalah oleh mafia.
Justru Polres Minahasa/Tondano yang seharusnya menjadi garda terdepan penegakan hukum dipertanyakan integritasnya. Publik menilai, sikap bungkam aparat hanyalah bentuk pembiaran terang-terangan. Apakah hukum di Minahasa kini bisa diperjualbelikan hanya dengan setoran?
Informasi di lapangan menyebut, truk tangki dan jerigen solar ilegal keluar masuk Tondano setiap hari tanpa hambatan. Fakta ini makin menguatkan dugaan adanya bekingan aparat. Mustahil mafia solar bisa bergerak bebas tanpa perlindungan dari orang dalam.
“Kalau Polres Tondano hanya diam, maka wajar masyarakat menduga ada kongkalikong busuk. Aktivitas sebesar ini tidak mungkin aman tanpa restu oknum aparat. Kami desak Kapolda Sulut jangan pura-pura buta! Segera copot Kapolres dan Kasat Reskrim jika terbukti membiarkan mafia solar merajalela,” tegas seorang tokoh masyarakat Tondano dengan nada keras.
Kerugian negara mencapai miliaran rupiah, sementara rakyat kecil harus mengantri panjang di SPBU karena solar subsidi langka. Ini bukan sekadar kejahatan ekonomi, tapi bentuk perampokan terang-terangan terhadap hak rakyat.
Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto telah berkali-kali memerintahkan pemberantasan mafia BBM. Namun, di Tondano, instruksi negara dipermalukan oleh mafia.
“Kalau Kapolda Sulut tidak segera bertindak, jangan salahkan rakyat jika kehilangan kepercayaan pada institusi Polri. FR dan RR harus segera ditangkap, kalau tidak, masyarakat bisa turun ke jalan menuntut keadilan. Jangan biarkan segelintir mafia menginjak harga diri negara,” tegas warga lainnya dengan nada ancaman.
Kini publik menunggu: Apakah Kapolda Sulut berani menyapu bersih mafia solar di Minahasa, atau justru memilih bungkam dan ikut terseret dalam kubangan permainan kotor ini?
(DF)