Langsung ke konten
Gowa – Sibernasionalnews.com, 19 Juni 2025 Kontroversi muncul di Desa Tamannyeleng, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, terkait penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa kepada warga miskin ekstrem. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) tahun 2025 sebesar Rp1.324.876.000, alokasi untuk BLT Desa adalah 15% atau sebesar Rp198.731.400.
Namun, hasil kesepakatan rapat staf desa yang kemudian disahkan melalui Musyawarah Desa (MUSDES) menetapkan hanya 27 orang yang akan menerima BLT Desa, dengan total anggaran yang digunakan sebesar Rp97.200.000 untuk satu tahun. Ini menyebabkan sisa anggaran yang cukup besar, yaitu Rp101.531.400.
Banyak warga yang mempertanyakan keputusan ini, terutama mereka yang merasa berhak menerima BLT Desa tetapi tidak terdaftar sebagai penerima. Salah seorang janda yang rumahnya tidak layak huni mengungkapkan bahwa dia pernah bertanya ke kantor desa mengenai bantuan yang tidak lagi dia terima. Staf desa menjawab bahwa banyak dana desa yang digunakan untuk membayar gaji pegawai, kepala dusun, dan RT/RW.
Kasus Mama Zalwa, seorang janda dengan satu anak yang hidup dalam kemiskinan dan kerap berpindah-pindah tempat tinggal, menjadi sorotan. Meskipun awak media telah mengusulkan agar dia dibantu dan bahkan mengirimkan foto ke kantor desa, tidak ada tindakan yang diambil.
Warga lainnya juga mengungkapkan kekecewaan mereka karena bantuan yang dulu diterima sekarang dipotong tanpa alasan yang jelas. Ketika dipertanyakan mengenai penggunaan sisa anggaran BLT Desa yang besar, staf desa menjawab bahwa sisanya digunakan untuk konsumsi rapat dan amplop, meskipun anggaran untuk konsumsi seharusnya diambil dari alokasi lain, yaitu 3% operasional desa.
Kontroversi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang transparansi dan keadilan dalam pengelolaan dana desa, terutama dalam penyaluran BLT kepada warga miskin ekstrem yang seharusnya menjadi prioritas utama.
Report : Isra DB
