Daerah  

Sekjend L-PHLH: Kebakaran Alsintan di Tompo Bulu, Antara Dugaan Teknis dan Lemahnya Perlindungan Petani

SiberNasionalNews.Com|Maros –  Sulsel, Suasana tenang Dusun Masale, Desa Tompo Bulu, Kecamatan Tompo Bulu, terusik pada Kamis dinihari (4/9/2025) sekitar pukul 02.00 WITA. Sebuah alat pemotong padi (kombain Kubota) milik Kaneng, pengelola sekaligus penanggung jawab alsintan, mendadak dilalap api. Api cepat membesar, melahap hingga 70% kondisi alsintan, menyisakan puing besi hangus.

Bagi Kaneng, kerugian ini jelas sangat berat. Namun, dampaknya jauh lebih luas: aktivitas panen petani setempat yang selama ini bergantung pada mesin tersebut kini terancam terganggu. “Ini bukan hanya soal saya, tapi soal bagaimana petani bisa panen tepat waktu,” ungkap Kaneng dengan wajah murung.

Kejadian tersebut sudah dilaporkan secara resmi ke Polsek Tompo Bulu (STPL/07/IX/2025/SPKT/Sek Tompobulu). Namun, publik kini menanti: apakah kebakaran ini sekadar musibah teknis, akibat kelalaian, atau ada indikasi lain yang perlu ditelusuri lebih jauh?

Kebakaran alsintan bukan peristiwa biasa. Di baliknya, ada kepentingan banyak petani yang bergantung pada keberadaan mesin ini. Transparansi aparat dalam menyelidiki penyebab kebakaran menjadi kunci, agar tidak menimbulkan spekulasi liar di tengah masyarakat.

Sekjend L-PHLH, Hamzah menanggapi hal ini

Peristiwa ini juga menyingkap masalah besar: lemahnya sistem perlindungan terhadap alat dan sarana pertanian. Alsintan, yang sejatinya menjadi tulang punggung ketahanan pangan, justru rawan rusak, terbakar, bahkan hilang, tanpa ada mekanisme perlindungan yang memadai.

Hingga kini, skema asuransi untuk alsintan belum berjalan jelas. Minimnya pendampingan teknis dan pengawasan dari pemerintah membuat para pengelola maupun kelompok tani menghadapi risiko besar seorang diri. Padahal, ketika terjadi musibah, yang paling terdampak tetaplah petani kecil.

Kebakaran di Tompo Bulu menimbulkan pertanyaan serius: di mana peran pemerintah daerah dan dinas pertanian? Kehadiran mereka mestinya nyata, terutama dalam memberikan solusi konkret bagi para petani maupun pengelola yang menanggung kerugian besar.

“Jangan sampai peristiwa ini hanya dianggap musibah biasa lalu berlalu begitu saja. Petani butuh kepastian, bukan janji,” kata salah seorang tokoh masyarakat setempat.

Musibah di Tompo Bulu harus menjadi momentum evaluasi. Pemerintah dituntut menghadirkan skema perlindungan yang lebih serius, termasuk asuransi alsintan, pelatihan teknis bagi pengelola, dan sistem pengawasan yang kuat. Tanpa langkah nyata, petani akan terus berada di posisi paling rentan.

(*) Team

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Hak Cipta Dilindungi